Selasa, 25 Januari 2011

LATAR BELAKANG

Sejak zaman penjajahan Belanda di Pangalengan sudah dikenal peternakan sapi perah yang dikelola oleh perusahaan Belanda, perusahaan tersebut :
1.De Friesche Terp
2.Almanak
3.Van Der Els
4.Big Man
Untuk pemasaran hasil produksinya perusahaan tersebut mendirikan BMC (Bandungche Melk Center).
Sewaktu pendudukan Jepang perusahaan tersebut dihancurkan dan sapinya dipelihara oleh penduduk sekitar sebagai usaha keluarga.
Untuk meningkatkan populasi sapi perah serta meningkatkan pendapatannya, bulan November 1949 didirikan koperasi dengan nama GAPPSIP (Gabungan Petani Peternak Sapi Indonesia Pangalengan). 
 
Mulai tahun 1961, GAPPSIP tidak mampu menghadapi labilnya perekonomian Indonesia, sehingga tataniaga persusuan sebagian besar diambil alih oleh  kolektor (tengkulak). Dengan kondisi demikian peternak mengalami kerugian karena harga susu yang diterima sangat rendah bahkan tidak sedikit jerih payah peternak tidak dibayar.
Dengan situasi dan kondisi tersebut, tahun 1963 GAPPSIP tidak mampu melakukan kegiatannya sebagai koperasi.
Menyadari keadaan tersebut, atas prakarsa beberapa tokoh masyarakat yang disepakati oleh peternak pada tanggal 22 Maret 1969 didirikan koperasi yang diberi nama KOPERASI PETERNAKAN BANDUNG SELATAN disingkat KPBS Pangalengan. Bersamaan dengan dimulainya REPELITA I tanggal 1 April 1969 KPBS Pangalengan diberi Badan Hukum dan tanggal tersebut merupakan Hari Jadi KPBS Pangalengan. Sejak saat itu mulai mendapat pembinaan dari Pemerintah Kabupaten DT II Bandung, Gubernur Jawa Barat, Dirjen Peternakan dan mendapat bantuan dari UNICEF.
Wilayah kerja KPBS dikelilingi gunung dengan ketinggian di atas permukaan laut antara 1.000 – 1.420 meter,
Suhu udara antara 12 – 28 0C,
Basah udara (kelembaban) antara 60 – 70 %.
Kondisi alam tersebut selain cocok untuk perkembangan sapi perah juga cocok untuk perkebunan  serta tanaman sayuran
  Wilayah kerja meliputi 3 (tiga) kecamatan, yaitu:
a.Kecamatan Pangalengan
b.Kecamatan Kertasari
c.Kecamatan Pacet